KOMPAS.com – Seorang fotografer didiskualifikasi dari kompetisi fotografi kecerdasan buatan (AI), setelah foto aslinya meraih dua penghargaan.
Seorang fotografer bernama Miles Astray memasukkan foto seekor flamingo surealis yang diambilnya dalam kategori AI pada “Color Photography Awards” yang diadakan oleh 1839 Awards. Foto ini diambil dengan kamera Nikon D750 dengan lensa 50 mm.
Foto bertajuk “Flamingone” yang menampilkan seekor burung flamingo tanpa kepala ini kemudian meraih juara ketiga (Bronze Award) kategori juri. Sekaligus mengamankan penghargaan suara rakyat (People’s Vote Award).
1839 Awards sendiri merupakan sebuah kompetisi fotografi internasional yang diikuti oleh berbagai fotografer dari 55 negara berbeda.
Kompetisi bergengsi ini menghadirkan juri dari media berita The New York Times, perusahaan penyedia gambar Getty Images, penerbit buku Phaidon Press, rumah lelang Christie’s House, galeri Centre Pompidou di Paris, dan lain-lain.
Foto AI Menangkan Kompetisi Foto Asli
Sebelumnya, foto yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan berhasil meraih penghargaan di ajang fotografi bergengsi dunia bernama Sony World Photography Awards (SWPA) untuk kategori kreatif.
Foto AI bertajuk “monyet nakal” ini memperlihatkan dua wanita dari generasi berbeda dalam balutan warna hitam putih. Foto ini diambil oleh fotografer asal Jerman, Boris Eldagsen.
Usai diumumkan sebagai pemenang, Eldagsen menolak hadiah atas foto AI yang dikirimkannya.
Usut punya usut, ternyata Eldagsen sengaja mengirimkan foto “monyet nakal” tersebut untuk melihat kesiapan kompetisi fotografi internasional tersebut, jika ada peserta yang mengirimkan foto AI.
Dalam blognya, Eldagsen menyimpulkan kompetisi fotografi dunia seperti Sony World Photography Awards (SWPA) belum siap menghadapinya. Sebab, foto AI miliknya masih mampu lolos, bahkan dinobatkan sebagai pemenang.
Menurut Eldagsen, foto AI tidak bisa disamakan dengan karya fotograf. Apalagi berkompetisi di kompetisi fotografi internasional seperti Sony World Photography Awards.
Eldagsen juga mendorong diskusi terbuka mengenai batasan karya yang dianggap fotografi dan yang tidak.