Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) Kementerian Komunikasi dan Informatika mengalami gangguan dan kegagalan sistem elektronik. Sejak Kamis, 20 Juni 2024 yang berdampak pada pelayanan publik salah satunya Keimigrasian.
Pelayanan yang terganggu antara lain pemeriksaan imigrasi, autogate, visa, izin tinggal, M-Passport, dan Pemblokiran Online. Tak hanya berdampak pada layanan keimigrasian, gangguan layanan PDNS juga berdampak pada sedikitnya 210 layanan publik di instansi pusat dan daerah.
Proses pemulihan pelayanan publik akibat gangguan PDNS yang belum kembali normal selama lebih dari 48 jam. Menimbulkan dugaan bahwa gangguan tersebut bukan hanya bersifat teknis biasa, namun diduga merupakan serangan siber yang menyebabkan gangguan. Dan kegagalan sistem elektronik.
Dugaan tersebut akhirnya terbukti ketika Pemerintah melalui Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kominfo mengungkap permasalahan yang terjadi pada PDNS disebabkan oleh Brain Cipher Ransomware yaitu ransomware LockBit 3.0.
LockBit mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut dan mengungkapkan bahwa mereka telah mencuri 1,5 terabyte data termasuk data pribadi 15 juta nasabah dan karyawan bank.
Pentingnya PDNS Backup dan Disaster Recovery
Dengan banyaknya kasus serangan siber, khususnya ransomware yang melumpuhkan operasional sistem elektronik layanan publik. Maka diperlukan solusi efektif untuk memitigasi kemungkinan serangan di masa depan.
PDNS Backup dan pemulihan bencana merupakan dua komponen penting dalam memastikan setiap penyedia sistem elektronik dapat memulihkan sistem dan data elektronik. Serta melanjutkan operasional layanan dengan cepat setelah mengalami gangguan/kegagalan sistem atau bencana.
Cadangan adalah proses pembuatan salinan sistem dan data elektronik yang disimpan secara terpisah dari sistem dan data elektronik asli untuk menjamin ketersediaan sistem dan data elektronik apabila terjadi kehilangan atau kerusakan.
Pemulihan bencana adalah serangkaian prosedur dan langkah yang dirancang untuk memulihkan sistem dan data elektronik setelah terjadi gangguan atau bencana. Baik karena serangan dunia maya, bencana alam, atau kegagalan sistem.
Kedua strategi ini bekerja sama untuk meminimalkan downtime, mengurangi kerugian. Dan memastikan bahwa penyedia sistem elektronik dapat melanjutkan operasi dengan cepat dan efisien setelah terjadi gangguan.